Minggu, 12 September 2010

Full Story Of Idul Fitri (not all)

Gue tau ini terlambat, tapi gapapa dong. Lebih baik terlambat daripada tidak terlambat (?), gue pribadi mau ngucapin ''Selamat hari raya Idul Fitri mohon maaf lahir dan batin''. Terutama buat yang namanya pernah gua masukin ke blog ini dan gua jelek2in. Hmm.. dan pokoknya sama semua oranglah.

Oke, lebaran kali ini sama sekali ga bada bedanya ama lebaran2 kemaren, dan salah satu masakan yang gue liat di setiap lebaran = opor ayam! Setiap rumah yang gue datangin selalu menyuguhkan makanan ini (jangan salah sangka dulu gan, rumah2 yang gue datangin adalah rumah2 keluarga gue. Bukan kayak anak2 kampung jaman sekarang... ngumpulin duit lebaran buat beli pistol pistolan. Enggak pulang kalo ga dikasih duit. haha) *buat yang gue tebelin, itu gue banget. Tapi gue ga beli pistol2an loh..

Lebaran pertama, pertama kali gue minta maaf sama ortu gue, lanjut ke rumah nenek gue yang jaraknya cuman sejengkal dari rumah gue. Ya enggak sejengkal juga kali. hehe

bentar ya.. gue mandi dulu, ntar gue lanjut lagi. soalnya gue udah dari pagi kagak mandi, dan dapat di tebak. Badan gue sekarang udah bau ketek ayam. hehe

Fiuh... Seger udah mandi.

Lanjut

Sampe mana tadi? Oh iya, setelah bermaaf maafan dengan keluarga besar gue. Sore harinya gue nginap di rumah sepupu gue. Yak. Di rumah sepupu gue gue main game online Ayo Dance *kenapa ga PB? karena gue ga tertular penyakit ''PB Fever'' haha.

Gue main Ayo Dance pake cheat, jadi gue selalu perfect. haha, walaupun (sangat amat) curang, pada waktu gue main Battle Party (BP) gue dipuja puja, walaupun di room biasa gue udah kayak sampah. ''CHIT! CHIT! di kick aja kk. dasar sampah lo!" yak. begtulah salah satu screen shot yang gue inget.. berbeda dengan pada saat gue main Battle Party (nyari duit) "chit jangan keluar plis.. lagi butuh duit nih kk'' yak. haha. Alhasil gue bikin room BP sendiri, dengan judul room ''DJ Chit'' haha. seru emang sih berteman dengan orang2 yang ga tau asal daerahnya darimana, mukanya kayak mana. Yah.. itulah yang namanya dunia maya.

Bosen main AD, gue di kasih tau sama sepupu gue sebuah situs web quiz yang jujur aneh banget. namanya Parampaa. Disini yang di pake adalah logika, bukan pikiran. kalo mau mainin quiz-nya, bisa klik disini. Di akhir postingan ini gue bakalan kasih bocoran dari parampaa ini.

Hmm.. ada lagi nih, plesetan dari wikipedia. Tau wikipedia kan? itu loh situs web tentang artikel2 yang bermanfaat. Plesetannya namanya Tololol Pedia. Artikelnya aneh banget. kalo mau liat, juga bisa, klik disini. Ngakak bacanya gan.. haha

Pulang dari rumah sepupu gue, gue ama keluarga besar gue keliling Balikpapan. Pergi ketempat aneh... Monpera! nyobain beberapa wahana yang ada disana. Gue ama sepupu2 gue nyobain wahana Puri Setan. Anjrot! Jelek banget, mana hantunya kagak serem lagi

Suara hantu... huuuuuu~
Kikikikiki

Terus tiba2 dateng pocong2an,
pocong: *loncat2
gue: maap mas ga takut.

pocong itu terdiam, dia enggak lagi loncat loncat kayak tadi. Setelah ngelewatin pocong tersebut gue liat belakan. Buset! depannya pocong, kenapa belakangnya pake T-Shirt ama Jeans? hahaha. Gue ketawa lagi bareng sepupu2 gue. Abis itu gue kita pulang.

Dan terakhir postingan ini keluar. Gue abis mandi. hehe

Oh iya, tadi kan gue udah janji ngasih tau jawaban quiz Parampaa, well ini dia jawaban quiznya:

level 1 : Klik kata “mulai” pada soalnya level 2 : Pilih Jawaban “A” level 3 : Pilih lingkaran di atas huruf “i” level 4 : Pilih Jawaban “AY !!” level 5 : Pilih Jawaban “B” level 6 : Temukan kata berwarna “hijau” di antara kata berwarna merah level 7 : Pilih Jawaban “Jali” level 8 : Pilih “?” yang mirip dengan soal level 9 : Ingat kombinasi warna yang ada karena bakal terus dipake, lalu klik “ingat” level 10 : Pilih Jawaban “…hidup bercermin bangkai” level 11 : Cari kata “mati” dalam matematika lalu klik level 12 : Pilih Jawaban “10″ level 13 : Klik “13″ pada tulisan level 13 level 14 : Masukkan kombinasi warna “merah-biru-kuning-merah-hijau” level 15 : Geser mouse keluar layar, maka kepala kucing akan tertunduk, lalu klik “space” pada keyboard level 16 : Lari ke “ujung kanan atas” level 17 : “Gerakin cicaknya” sampai tujuan , tapi jangan sentuh warna lain level 18 : Tulis kata “PANDA” level 19 : Pilih jawaban “21″ level 20 : Pilih jawaban “D” level 21 : Pilih jawaban “E” level 22 : Potong kabel lebar berwarna “merah” di time counter level 23 : Klik “23″ di baris ke-3, ke-3 dr kiri level 24 : Pilih latar warna “merah-biru-kuning-merah-hijau” level 25 : Klik “lingkaran orange”, trus klo mau ke lingkaran satunya lg jgn lewat area permainan level 26 : Klik “persegi panjang yang kiri bawah” level 27 : Di bawah 3 lambang hati ada seekor “cicak”, tinggal di klik aja level 28 : Cuma butuh gerakin cursor atas bawah level 29 : Klo masih baru di level ini susun aja dulu gambarnya, trus ikutin tanda panah yang ke “bulatan”, klik “bulatannya” level 30 : Pilih jawaban “20″ level 31 : Klik kiri “lingkaran orange” sebelah kiri, drag (jgn dilepasin) ke “lingkaran orange” sebelah kanan. Ada cara lain, lelet level 32 : Pilih jawaban “TDAJ” level 33 : Pilih jawaban “100001″ level 34 : Klik 3 “lambang hati” di pojok kanan atas level 35 : Pencet tombol berwarna “merah-biru-kuning-merah-hijau” level 36 : Drag tulisan “level 36″, dibelakangnya ada tombol level 37 : Pilih jawaban “zibba” level 38 : Tembak kepala “cowo” level 39 : Pilih jawaban “level 39″ level 40 : Tekan tanda”->” di keyboard level 41 : Klik tanda “!” level 42 : “Tunggu” adengan oonnya selesai, jgn klik apa2 level 43 : Klik “NTB (Pulau Lombok)” level 44 : Klik “1″ pada soal 1=5 level 45 : Klik “45″ pada tulisan level 45 level 46 : Pianonya memiliki urutan nada C D E F G A B, trus klik nada piano hingga membentuk kata “E G G” level 47 : Tembak kepala “cowo” level 48 : Tulis jawaban “11″ level 49 : Klik tulisan “run” sampai kepiting kabur ke kanan level 50 : Tekan angka “1″ di keyboard level 51 : Lolosin kuncinya, jgn kena area berwarna “hitam” level 52 : Drag tanda (-) ke tulisan level 52, jadinya “level 5-2″, trus klik tulisannya level 53 : Tekan huruf “S” di keyboard level 54 : Pilih jawaban “5″ level 55 : Ketik “anini” di keyboard level 56 : Geser kata “bulan”, di belakangnya ada jawaban level 57 : Geser bolak-balik mouse di bawah tanda “!!” level 58 : Pilih warna “kuning” level 59 : Pilih warna “kuning-hijau-orange-ungu-hijau-merah” level 60 : Klik huruf “B” “O” “N” “O” level 61 : Tekan piano dengan menulis “C A G E” level 62 : Ga usah ngapa2in level 63 : Klik tulisan “eve” pada tulisan level 62 level 64 : Pilih jawaban “parampaa” level 65 : Pilih “Mr. Krab-Smurf-The Simpsons-Mr. Krab-Parampaa” level 66 : Ketik “one” pada keyboard level 67 : Klik tanda “.”, lalu klik “matahari”, lalu klik “pohon” level 68 : Tekan “F1 dan F4″ di bagian atas keyboard level 69 : Klik huruf “A” pada kata heart level 70 : Pilih jawaban “10″ level 71 : Tahan terus menerus “shift-6″ sampe doraemon menghilang level 72 : Tangkap angka “2″, drag ke samping angka 7 level 73 : Urutan storage awalnya 1-2-3-4-5, ubah ke 2-5-3-4-1 level 74 : Pilih “lingkaran-besar-kuning-tersenyum” level 75 : Tembak kata “HER” level 76 : Klik kanan layar, trus klik kiri, biar mousenya kelihatan, tekan bagian tengah “O” pada kata mouse, telusuri lalu klik level 77 : Drag tulisan “mouse” ke tombol hijau, drag lagi ke persegi di sebelah kiri, klik perseginya level 78 : Klik “jendela di villa” pas lampunya nyala level 79 : Tulis “Try Again” level 80 : Tulis “The Cranberries” level 81 : Pilih jawaban “13″ level 82 : Pilih “OK”, drag bomnya, klik tulisan yang tertutup bom level 83 : Tunggu hingga detik “ke-3″, akan ada tulisan “S7OP”, klik tulisan S7OP-nya level 84 : Ketik “?” pada keyboard level 85 : Ketik “level 85″, ketik “”, ketik “you’re welcome” level 86 : Klik “bagian tengah lingkaran bagian bawah pada angka 8″ tulisan “level 86″ level 87 : “Tunggu kuncinya masuk” dulu, lalu tekan “enter” level 88 : Tekan “F8″, trus pilih “safe mode” level 89 : Klik buku berwarna “Biru-Ungu-Kuning-Ungu” level 90 : Pilih lambang “omega (kaya’ tapal kuda)” dan “69″ level 91 : Cuma butuh “kelincahan tangan dan kesabaran” level 92 : Klik warna “hijau-merah-kuning-biru-merah” level 93 : Hitung dengan cepat jumlah bola berwarna “merah” level 94 : Klik “Budi” level 95 : Tunggu sampai “latarnya warna hijau”, trus klik “lanjut” level 96 : Klik “mata, bintik tangan, duri di kepala, latar merah, rumput” level 97 : Klik “tombol merah” level 98 : Butuh kecepatan tangan dan koordinasi mata yg baik, lingkaran terkecil ada di antara “level & 98″ level 99 : Gan karena menghargai kehebatan pembuatnya, gw ga langsung bocorin, “masuk aja twitternya (twitter.com/masova), liat arah jam 3″ password biar bisa loncat level, jadi gak ulang terus level 11 : eleven level 21 : twenty1 level 31 : thirty1 level 41 : fourty1 level 52 : fifty2 level 67 : sunset level 71 : dorayaki level 80 : linger level 90 : gomugomu

di cobain ya.. hehe

Kamis, 02 September 2010

Blog ini belum mati!

Oke setelah bejuta juta abad yang lalu, akhirnya gue udah berhasil dapet waktu untuk posting blog. Cukup banyak cerita yang belum sempat gue posting, dan maaf banget buat pembaca yang udah nungguin blog ini posting lagi. Maaf ya blog.... *bersihin sarang laba2

Enggak usah gue ceritain lagi, sekarang gue lagi sekolah di SMA 4 dimana populasi tumbuhan lebih mendominasi sekolahan ini daripada murid2nya. Dan masuk ke kelas X-9 yang KATANYA adalah kelas unggulan. Padahal gue tau, isinya enggak lebih dari anak anak buangan dari SMA lain.. INCLUDE ME. (kenapa diceritain?)

dan satu hal yang terpenting dalam postingan ini, yaitu : Blog ini masih berjalan.

Di kelas gue yang sekarang gue udah ngebentuk band sendiri. Yak band. Disini.. Gue menjabat sebagai.... Drummer. Emang keren sih. Tapi satu hal yang harus diingat, GUE SAMA SEKALI GA BISA MAIN DRUM, tapi kalo cuman buat ngiringin musiknya Avenged* sih bisa2 aja (waduh...)

*= diganti dengan 'musik yang drumnya cuman bunyi: tung tung... dum.. dug dug. Oke lawakan gue gagal.

Okelah, band baru ini belum punya nama, buat yang punya usul nama band.. silahkan di komen.
Lantas bagaimana dengan FYD? FYD masih ada kok, tenang aja... tapi kita juga lagi nama baru buat FYD.

hmmm... oke deh, segini dulu postingan gue. Gue mau berlatih drum dulu ya... DADA...

*terdengar samar samar suara kasur yang dipukul pukul : tung tung... dum.. dug dug

Minggu, 04 Juli 2010

Kode Rahasia DC

Oke. Piala Dunia identik dengan juaranya. Bahkan Deddy Corbuzier (DC) si pesulap kontroversial dengan sulapnya yang sangat fantastis yaitu, memasukan paku ke dalam botol (tunggu kalo itu gue juga bisa ding. udah! yang ini ga usah dibahas) udah nge-ramalin siapa juaranya. Disini gue bakalan memecahkan (tsah.. iya kalo betul) kode yang diberi oleh DC yaitu : NC1253HZ6 *belaga ala Sherlock Holmes lengkap dengan cerutunya. Jangan terlalu dipercaya juga, soalnya ngga tau juga nih analisis gue bener ato kagak. Oke langsung aja :

Selasa, 22 Juni 2010

Rencana Reunian yang (sangat) Aneh

Sejak beberapa hari yang lalu, gue ama si Richard sempet chatting di fesbuk ngomongin soal reunian kelas yang baru beberapa minggu kita lulusin. Yak.. 3.6, dengan menggunakan media yang aneh banget, di lapangan futsal. Sebenernya, reunian ini gue bikin untuk menyambut Piala Dunia 2010 . Gue tau reunian ini sangat tidak menguntungkan buat yang cewek. Setelah melalui tahap ‘tawar menawar’, kita memutuskan bakalan reunian hari Senin depan.

Hari apa gitu, gue lupa hari apa waktu anak anak kelas 3 ngambil SKHU asli, dan yang jelas, hari itu gue sama si Richard berpikir ini adalah hari yang bagus buat ngasih tau ke anak anak 3.6 yang lain. Gue ama Richard cuman ngasih tau yang ada aja, yang keluyuran ya gak tau. Beberapa cewek juga tau soal iniwalaupun gue tau banyak yang gak tau soal reunian ini.

Hmm.. Oke, walaupun banyak yang gak tau, tapi gue berharap banyak yang dateng ke acara yang sangat minim modal ini. Sampe sampe gue ngajakin anak kelas lain buat nambah nambah modal nyewa lapangan futsalnya, padahal jelas jelas dari awal pembicaraan ini adalah acara reunian kelas 3.6.

Minggu sore, gue nyari sepatu futsal dianterin Dimas. Abis dapet sepatu futsal, gue nganterin Dimas nyari baju bola di mall. Waktu ke mall gue cuman make kaos oblong Super T yang sering gue pake kalo lagi main bola dan dibalut sweater tipis. Untung gue pake sweater, kalo enggak udah jadi gembel deh gue.

Di hari Senin pagi, waktu gue ke sekolah lagi buat legalisir SKHU yang nilainya bakalan membuat nyokap gue ngamuk dan ber-potensi akan menyebabkan Kiamat 2010 suaminya Mbah amat 2010. Gue ketemu lagi ama anak anak 3.6 lainnya. Di saat gue udah mau pulang dari sekolah dengan cara nebeng Arajan (tuh liat, nama lo udah gue pajang. Hehe) pas udah depan motor dan siap kabur dari tempat yang lebih mengerikan dari penjara Azkaban ini, tiba tiba dateng Dimas ama Widodo.

Widodo : Weh, mau kemana kamu ?

Gue : Ya pulanglah.. emangnya mau kemana lagi ?

Dimas : Astege, nanti aja sudah pulangnya.

Gue : Yasudahlah, ngapain juga dirumah aku.

Padahal, dari sekolah sampe tempat parkir motor tuh lumayan jauh eh. Setan memang. Sampe sekolah (lagi), dengan bangga gue masuk ke sekolah make ‘helm KYT abu abu minjem’ pas lewat pintu gerbang, gue langsung diliatin ama anak anak kelas 2. Anjir. Malu abis.

Pas di sekolah Dimas bilang ke kita kalo dia lagi deket ama anak kelas 1. Namanya Angel.Gue ama Widodo nemenin Dimas ke kantin buat ketemuan ama si Angle. Katanya, dia mau ketemuan di kantin. Oke, gue ikutin ke kantin. Disana kita nungguin si Angle tapi kagak dateng dateng. Akhirnya, gue, Dimas, Widodo nungguin di samping kelasnya. Ajigile, udah kayak yang punya sekolahan kita ini. Kita ngeliatin setiap orang yang lewat. Sumpah, berasa jadi preman gue waktu itu.

Setelah lama banget gak lewat lewat orangnya, gue menyuruh Dimas buat langsung masuk ke kelasnya. Tapi Pedekate kali ini udah kayak Pedekata nya anak SD. Kelakuan Dimas kayak gini : ngintip ngintip ke kelasnya Angle, pas Angle ngeliatin dia, Dimas langsung sembunyi. Sungguh sungguh SD banget. Ada kalanya waktu Angle keluar. Dimas sempet nyapa si Angle.

Dimas : Eh, ini Angle ya ?

Angle : iya.

Terus Angle langsung pergi. Gue ama Widodo langsung hampir mati gara gara ketawa. HAHAHAHAHAH! Gila, ini Pedekate apaan ? Abis kejadian itu kita pulang.

Sampe rumah gue langsung mandi, trus makan. Abis makan gue langsung keluar rumah nugguin Arajan yang katanya mau jemputin aku. Gue nunggu, sejaman baru muncul tuh si Arajan. Setan! Sampe lapangan futsal, disana gue ngeliat sangat sedikitnya orang, disana cuman ada 7 orang plus ntar dateng lagi . disana ada Gue (so pasti), Widodo, Arajan, Muchlis, Khoir, Aziz, ama Dimas, si Richard belum dateng. Kita langsung masuk. Terus nungguin si Richard. Sambil nungguin si Richard gue make sepatu baru gue yang sempat terjadi Perang Dunia dulu sebelum gue beli nih sepatu. Waktu itu gue juga beli sepatu bola seharga 300rb buat seleksi main di liga pertamina, dan sudah bisa ditebak…gue gak lolos, dan itulah pertama kalinya dan (mungkin) terakhir kalinya gue make sepatu bola itu. Sekarang sepatu bolanya ada di gudang, dan bedebu. Gue gak tau apakah sepatu futsal ini bakalan bernasib sama dengan sepatu bola gue. Kita lihat saja nanti.

Khoir : Eh, nanti aja bayarnya, tungguin Richard biar mainnya lama..

Gue : iya betul tuh..

Sumpah, kata kata nya si Khoir bikin kita keliatan sangat tidak mau rugi….padahal memang.

Oke Richard dateng, kita langsung main 4-4 buat 1 jam. Mungkin gara gara lama enggak main gue sangat amat bengek waktu main futsal.

Setelah main 1 jam dan sangat capek banget. Gue, Arajan, Dimas, Widodo dan Muchlis berniat untuk cari makan dulu. Gue digonceng Arajan dan Arajan menyuruh Muchlis nunggu di lapangan futsal. Setelah nyampe di tempat makan. Kita memesan makanan (yaiyalah..) terus duduk. Pas kita lagi asik asik makan, tiba tiba

Arajan : Oh iya, Muchlis masih disana.

Langsung arajan pergi meninggalkan baksonya menjadi jablay. Niat iseng muncul di benak pikiran masing masing. Dalam pikiran gue ,’gue habisin aja nih pentolannya’ tiba tiba si Dimas emelatkkan sambel di atas baksonya Arajan. Kampret.

Tiba tiba, Arajan balik. Sama Muchlis Terus marah marah. Gue, Widodo, ama Dimas langsung cekikikan. Abis itu gue langsung pulang ama Arajan.

Tertanda,

Image and video hosting by TinyPic

Alif Fathurahman

Rabu, 16 Juni 2010

Pinokio

oke. ini adalah ceita dengan ''sedikit'' kopas. kalo ceritanya jelek mohon di komen ya.. agak panjang sih.. bukan agak, ini emang panjang banget. oke langsung aja ceritanya..

----------------potong disini----------------------

Pada suatu masa lalu di Eropa, saat itu boneka yang terbuat dari kayu sangat populer daripada robot yang bisa bergerak sendiri. Lho kenapa? Soalnya saat itu masyarakat sudah bosan.

“Alah… Paling geraknya robot ya gitu-gitu saja, bosan! Coba lihat boneka kayu ini, tidak bergerak! Fantasis!”
Ya begitulah komentar salah satu anak pada jaman itu.

Gepetto adalah pembuat boneka kayu yang tidak seperti lainnya, boneka kayunya tidak laku dijual. Kenapa? Karena ia belum membuat satu boneka kayupun.

Tetapi sekarang audah hampir jadi satu. Ia sangat menyayangi boneka kayu itu seperti anaknya sendiri. Ia memandikan boneka kayu itu, membacakannya cerita dongeng, mengajaknya bermain, makan bersama, mengantarnya pergi sekolah, bukankah Gepetto seorang ayah yang baik? Boneka itu bernama Pinokio atau nama pendeknya Pinokio, jadi dia biasa dipanggil Pinokio. Tunggu dulu, jadi nama panjangnya apa? Pinokiooooooooooo? Bukan, nggak kreatif itu, sudah banyak lawakan kayak gitu, kamu pikir alif-fathurahman.blogspot.com itu apa? Tukang mbacem? Jangan gitu kamu! Nama panjangnya adalah PPPPPiiiiinnnnnoooookkkkkiiiiiooooo.

Setelah beberapa hari akhirnya Pinokio sudah lengkap. Sudah ada tangan, kaki, kepala, badan, semua sudah lengkap, termasuk USB port, bluetooth, GPRS, Pentium 4 HT, OS Windows Fiesta, internal modem, integrated VGA camera, dan password-protected security system. Gepetto yang pada awal pembuatan Pinokio mau menjualnya, sekarang mengurungkan niatnya. Ia sudah terlanjur sayang dengan Pinokio. Ia ingin menyimpannya saja, dan kadang-kadang menggunakan Pinokio untuk memutar MP3. Tetapi konsekuensinya, ia jadi tambah miskin. Perabot rumah tangganya pun ia jual untuk membiayai kehidupannya dan Pinokio, tempat tidur, kursi, lemari, sofa, komputer lengkap, AC, iPod, mobil Ferrari, dan lain-lain, bahkan tanah seluas 10000 Ha yang ia miliki di Los Angeles pun ia jual. Otomatis yang ia punyai hanya rumah yang beratap asbes dan berdinding kardus.
Dunia peri kasihan melihat nasib Gepetto, kemudian sang ratu peripun menyuruh peri biru (Blue Fairie - BF Normal0false falsefalsefalse EN-USX-NONEX-NONE ) untuk menyenangkan Gepetto. Peri biru tersentuh melihat betapa sayangnya Gepetto terhadap Pinokio padahal Pinokio hanyalah sebuah boneka kayu. Kemudian terbesit di pikirannya untuk membagi beberapa DVD (DVD Biru )… Bukan yo! DVD film BIASA! Tetapi sebelum memberikannya ia mengecek dulu film tersebut, siapa tahu ada yang you-know-what. Tunggu, maksudnya film BIASA bajakan, bukan YANG LAIN! Ingat, piracy is crime! No DVD bajakan, OK?! Soalnya aku nggak punya DVD player…
Dari film lawas buatan Waltz Disiny berjudul Pinochio peri biru terbesit untuk menjadikan Pinokio anak laki-laki, seperti Pinochio pada film itu.

Malam itu Gepetto sudah tertidur. Berbekal peralatan ajaib seperti linggis dan kawat serbaguna, peri biru mencoba masuk rumah Gepetto. Tidak sulit memasuki rumah Gepetto, soalnya Gepetto hanyalah orang biasa, dan dia berpikir rumahnya nggak bakal dimasuki maling. Paling-paling cuma kunci pagar (gembok) dan kunci pintu plus beberapa ranjau yang ditanam disekitar halaman plus radar pengaman plus laser security system plus plus.
Aku jadi nggak yakin kalau ini benar-benar masa lalu…
Begitu masuk, peri biru menemukan pinokio yang tergeletak tidak berdaya, lalu entah setan darimana yang membisiki peri biru, peri biru mulai dengan paksa melucuti satu-persatu pakaian yang dikenakan pinokio. Pinokio pun tidak berani melawan dan hanya pasrah…

Duh, gara-gara film biasa…
SUDAH! HENTIKAN UNSUR PORNOGRAFI! PERHATIKAN RUU ANTI PORNOGRAFI DAN PORNOAKSI!
Argh, ini negeri dongeng! Bukan suatu dunia khayalan yang ada di luar buku dongeng sana!

Peri biru menemukan pinokio dan kemudian mengucapkan mantera sihirnya.
“Sim salabim!”
Dan kemudian muncul jendela pop-up:
User: Blue Fairie - Spell: Sim Salabim. Spell does not match.
“Huh? Apa ini?”
Kemudian muncul help pop-up:
Magic wand has been secured with password-protection. This feature has avaliable since Windows 98.7821908 OS.
“Argh! Apa ini?! Sejak kapan magic wand-ku ada kayak gini?! Gak tambah canggih malah ngrepoti! Buat apa juga pakai Windows?”
Kemudian muncul blue screen:
Illegal sentence: Windows will shut down.
“Hah? Kok malah shut down?”
Is now safe to use your magic wand.

Lupakan adegan diatas, sungguh.

Kemudian dengan spell-nya pinokio menjadi seorang anak laki-laki.
“Hoahm… Dimana aku?”
“Pinokio, sekarang kamu sudah mirip seorang anak laki-laki.”
“Hah?! Siapa kamu?! Maling ya?!”
“Hush! Nggak sopan, aku ini peri biru yang mengubahmu menjadi seperti anak laki-laki.”
“Apa?! Memang siapa yang minta menjadi anak laki-laki?!”
“Aku sebenarnya kasihan sama penciptamu Gepetto! Dia sangat kesepian tidak memiliki sanak keluarga! Dia bahkan tidak pernah tertawa semasa hidupnya.”
Kemudian dari kamar Gepetto terdengan tawa terbahak-bahak.
“Nah terus apa itu? Dasar peri pembohong! Pergi dari kamarku atau kupanggil polisi!”
“Apa? Kamu mengancam? Aku tidak takut!”
“Baiklah kalau begitu, PAK POLISI!!!!!!”
Kemudian terdengan suara ketukan pintu. Pinokio membuka pintunya dan terlihat seorang polisi di depan pintu.
“Apa benar disini rumah saudara Pinokio?”
“Benar pak.”
“Oh ya udah, saya kira bukan.”
Dan polisi itu pulang.

“Nah, sekarang kamu tidak bisa berbuat apa-apa lagi pinokio, ha ha ha ha!”
Peri biru mengambil sebilah parang.
“TOLONG!!!!!!!”
Gepetto yang mendengar suara teriakan pinokio terbangun dari melihat TV. Ternyata dia tidak tidur.
“Ada apa pinokio?!”
“Tolong pa, ada peri ingin membunuhku!”
“APA!!??”
“Tidak om, saya hanya terbawa suasana! Saya tidak berniat membunuh pinokio!”
Kemudian Suasana, seseorang yang tidak dikenal, tidak sengaja membawa putri biru pergi.

Gepetto menangis dan memeluk pinokio.
“Pinokio anakku, kamu nggak apa-apa?”
“Nggak papa ayah, aku baik-baik saja.”
“Baiklah kalau begitu, cepat tidur, biar nggak ngantuk besok di sekolah.”
“Baik ayah.”

Kemudian besoknya, dan besoknya, dan besoknya, dan besoknya, dan besoknya… Kok jadi mirip tuan Krab?
Pinokio pergi sekolah seperti biasanya. Dan seperti biasanya, ia berpamitan dengan Gepetto.
Tunggu dulu, biasanya??
Iya, Pinokio kan anak baik. Dia rajin sekolah dan berpamitan dengan orang tua.
Lho, Bukannya biasanya pinokio boneka kayu?

Ganti adegan kalo gitu.

Suasana telah sadar dan mengembalikan peri biru ke rumah Pinokio.
“Ayah! Itu kembali lagi!”
“Aku tidak jahat! Dan jangan memanggil dengan sebutan itu! Memangnya aku benda? Aku bukan m******i SK!
“Ayah! Dia menghina m******i SK!”
Gepetto menghampiri mereka berdua.
“Kamu salah paham tentang keduanya, Pinokio. Pertama, peri itu tidak jahat. Kedua, ah aku tidak bisa menyebut nama’nya’!”
“Paman Gepetto, anda percaya pada saya?”
“Ya, saya yakin kamu peri baik-baik. Dan juga… Tunggu dulu…”
“Ada apa paman Gepetto?”
“Ada apa ayah?”
“TIDAK MUNGKIN!!! PINOKIO BISA BERGERAK DAN BERBICARA!!!!!?????”
“…”
“Bukannya sudah dari kemarin om?”
“Kemarin? oh ya! Saya kira kemarin MP3 lagu!”
“…”
“Sudahlah, itu nggak penting! Pinokio, aku sangat bahagia kamu menjadi anak laki-laki!”
“Ketahuilah paman, yang mengubahnya itu aku lho…”
“Sebenarnya aku ingin anak perempuan, tapi nggak papalah.”
“Hmmm, sulit juga lho mengubah pinokio…”
“Ayah, aku juga sangat bahagia…”
“Om? pinokio?”
“Pinokio…”
“Ayah…”
“Halo?”
“Anakku…”
“Ayahku…”
“DENGARKAN AKU!!!”
“Huh? Kamu bicara sesuatu, peri biru?”
“!@#$%^&*()”
Pasti bingung siapa bicara yang mana kan?

Setelah kangen-kangenan, peri biru mulai membicarakan hal yang serius.
“Pinokio, kamu memang sudah menjadi seperti anak laki-laki, tapi masih jauh dari anak laki-laki sebenarnya. Ada tiga peraturan yang harus kamu ingat.”
“Apa itu?”
“Pertama, jadilah anak baik. Kalau kamu jadi anak baik, kamu bisa selangkah lebih dekat dengan anak laki-laki.”
“Hmmm…”
“Kedua, jika kamu berbohong hidungmu akan menjadi panjang.”
“Oooh…”
“Ketiga, ini yang paling penting!”
“Apa itu!?”
Suasana menjadi hening.
“Tunggu dulu, kenapa Suasana dibawa-bawa lagi? Dia orang tidak dikenal!”
Oh baiklah. Keadaan menjadi hening.
“Sekarang siapa lagi itu Keadaan?!”
Sob… Keadaan itu bukan nama orang… K-nya kapital karena setelah tanda titik.
“Oooh…”
Keadaan menjadi hening.
“Zzzz…”
Saking heningnya Pinokio dan Gepetto tertidur.
“… Dasar manusia, kerjanya molor melulu.”
Dan peri biru juga ikut tidur tanpa menyebutkan peraturan ketiga. Itu adalah kesalahan yang sangat fatal, mereka berdua tidak tahu bahwa peraturan ketiga adalah peraturan yang sangat mengerikan.

Pinokio senang bisa hidup seperti layaknya anak laki-laki biasa. Ia sekolah, bermain, makan, mencuri, mengganggu teman-temannya, bermain kembang api di toko bom eceran dekat rumah.

Sebentar sebentar sebentar! ketiga hal terakhir tidak biasa dilakukan oleh anak laki-laki biasa!
Ketiga hal terakhir? Sebentar sebentar sebentar?
Bukan, yang sebelumnya!
… (Titik titik titik)?
Argh, lupakan!



Kok nggak diteruskan ceritanya?
Lha… Katanya lupakan? Ya sekarang sudah lupa sampai mana ceritanya tadi…

Brain defragment… 100%

Nah sekarang aku ingat!
Mari kita mengingat kembali apa yang terjadi pada bagian pertama…

Karena menunggu pengarang ingat, ceritanya jadi bersambung…
Sekali kali lah…

Nah, begitulah yang terjadi pada bagian pertama.

Akhirnya Pinokio bisa melakukan hal yang selama ini dia impi-impikan, yaitu bertingkah laku seperti anak laki-laki.
Tunggu dulu! Itu bertentangan dengan bagian pertama!
Benarkah? Mari kita flash back ke bagian pertaman…

Karena menunggu pengarang ingat, ceritanya jadi bersambung…
Sekali kali lah…

Begitulah yang terjadi pada bagian pertama.

Hmmm, ternyata Pinokio memang tidak meminta menjadi seorang anak laki-laki.
Baiklah, akhirnya Pinokio bisa melakukan hal yang selama ini dia tidak impi-impikan, yaitu bertingkah laku seperti anak laki-laki.
Tunggu dulu! Kalau tidak di impi-impikan, kenapa dilakukan?

Sudahlah.
Akhirnya Pinokio bisa bertingkah laku seperti anak laki-laki, entah dia mengimpi-impikannya atau tidak, soalnya kalau dibahas disini jadi nggak selesai-selesai, seperti dulu itu pernah, tapi aku lupa dimana, pokoknya panjang nggak selesai-selesai, jadi tambah banyak komentar dan ceritanya dinilai jelek, ya gimana lagi?

Suatu hari peri biru datang ke rumah Gepetto.
“Hai Gepetto, sudah lama tidak bertemu.”
“Ya cukup lama, aku sampai lupa sudah berapa lama cerita ini putus di tengah jalan dengan dalih pengarangnya lupa ingatan.”
“Cerita? Pengarang? Apa maksudmu?”
“Sudahlah, ada perlu apa kamu kesini?”
“Aku membawa seorang asisten untuk mengawasi Pinokio, agar dia tidak menjadi anak yang nakal.”
“Hmmm… Benar juga…”
“Nah ini dia.”
“Hei kenalkan, namaku Jimmy JANGKRIK!”
“Eh… Ya, kenapa nama belakangmu ditulis kapital semua? Dan juga ada tanda serunya…”
“Oh, maksudmu JANGKRIK!? Ya itu karena jenisku adalah JANGKRIK! Kamu tahu JANGKRIK!? JANGKRIK! adalah sejenis serangga.”
“Hei peri biru, apa kamu pikir dia adalah asisten yang tepat??!!”
“Tenang saja, dia sudah mempelajari semua hal yang bisa meredamkan kenakalan anak.”
“Wow, benarkah?”
“Ya, dia sudah kenyang pengalaman. Dia dipenjara karena mencuri, dikarantina karena menggunakan obat terlarang, dipenjara lagi karena menjadi bandar obat terlarang, dikarantina lagi setelah menjadi pecandu berat, dan dipenjara lagi karena terbukti menjadi anggota sindikat mafia. Hei, bukankah penjara dan karantina adalah tempat untuk meredamkan kenakalan anak?”
“Eh, ya benar sih… Tapi kelihatannya ada yang salah…”
“Sudahlah, itu hanya perasaanmu saja. Hei, Jimmy! Pergilah ke sekolah untuk menemui Pinokio.”
“OK gal! Hei, lain kali panggil nama lengkapku, Jimmy JANGKRIK! Kamu tahu JANGKRIK!? JANGKRIK! adalah sejenis serangga.”

Kemudian tepat pada pukul 12 siang, saatnya Pinokio pulang sekolah.

Kok belum pulang ya? Yaa… Telat dikit lah, namanya juga sekolah.
KRINGGGGGGGGGGG!
Oh, rupanya baru sekarang pulangnya.
KRINGGGGGGGGGGG!
Lho? Oh ternyata itu bunyi alarm wekerku. Ups, saatnya ngegame. Kalian tahu kan ngegame lebih menyenangkan daripada membuat cerita? Nah, kalian lihat sendiri ceritanya.

“Dah teman-teman!”
“Dah Wooddoll! Sampai ketemu besok!”
“Ya, sampai ketemu besok!”
“Eh nggak sih, aku besok bolos, TA-kan ya!”
“Hei, ini sekolah! Bukan kuliah!”
“Halah, kita harus membiasakan diri dengan perkuliahan, kan sebentar lagi masuk kuliah!”
“Eh iya juga…”
“Bye!”
“Bye!”



Pengarang? Pengarang? Duh, dia lagi ngegame… Aku saja yang melanjutkan.
Hei, kamu siapa!?
Lha kamu sendiri siapa?

Sudahlah.
Pada gerbang sekolah Pinokio bertemu dengan Jimmy ‘you-know-who’.
“Hai Pinokio! Namaku Jimmy JANGKRIK! Kamu tahu JANGKRIK!? JANGKRIK! adalah sejenis serangga.”
“Eh, iya… Kok kamu mengenalku? Ada perlu apa?”
“Tenang dulu guy! Mulai sekarang aku adalah asistenmu. Kamu tidak akan lepas dari pengawasanku. Jangan coba-coba berbuat nakal.”
“Eh, aku tidak nakal kok. Jadi kamu pergi saja.”
“Oh benarkah? Wow! Kamu praktikan… Eh maksudku kamu anak yang baik. OK kalau begitu, aku akan kembali main The Crime! Hei, jangan lupakan aku, Jimmy JANGRIK! Kamu tahu JANGKRIK!? JANGKRIK! adalah sejenis serangga.”
“Eh ya, dasar aneh.”
Begitulah akhirnya, Gepetto dan peri biru mengira Pinokio sudah aman karena diawasi Jimmy, Jimmy sedang asyik menggunakan fasilitas internet gratis untuk main The Crime, sedangkan Pinokio tidak terawasi sama sekali.

Suatu hari ada sirkus datang. Karena belum tahu sirkus itu apa, Pinokio penasaran dan ingin menontonnya.
“Sirkus dimulai pukul 08.00. Aku ingin datang, tapi aku kan harus sekolah, enaknya gimana ya?”
Pinokio melihat papan pengumuman di dekat tenda sirkus. Harga tiket sirkus: 5000 Tale Rupiah (TR - bukan Tale Dollar, aku cinta rupiah!)
“Harga tiketnya 5000 TR? Mahal sekali? Apa untuk anak-anak tidak ada diskon?”
Baiklah, harga tiket sirkus untuk anak-anak 3000 TR, sudah didiskon ini.
“Apa? 3000 TR? Yah, aku kan cuma punya 1150 TR… Kalau gitu aku sekolah saja deh…”
Tunggu, harga tiket sirkus untuk boneka kayu yang telah disihir menjadi anak laki-laki oleh peri bitu hanya 1150 TR.
“Wah, 1150 TR! Tapi untuk beli jus jeruknya…”
OK OK OK… 750 TR, gimana?
“Baiklah, aku nonton sirkus saja deh, 5 menit lagi mulai.”
… Bukannya yang tadi tulisan di papan pengumuman?

Sekarang sudah pukul 15.00. Biasanya Pinokio sudah sampai di rumah, tetapi tidak untuk hari ini.
“Dimana Pinokio ya? Jangan-jangan terjadi sesuatu… Aku harus hubungi peri biru.”
Karena jaman itu belum ada telepon, Gepetto menghubungi peri biru lewat jalur komunikasi satelit.
“Halo, disana peri biru?”
“Ya, siapa ini? Cosmo? Juandissimo? Atau Jorgen?”
“Eh, bukannya itu peri di… Sudahlah, ini Gepetto! Pinokio hilang!”
“Hilang? Tunggu dulu, sudah 24 jam atau belum?”
“Argh! Aku tidak bisa menunggu selama itu!”
“Baiklah, akan kuhubungi Jimmy. Nanti aku kesana, dah Gepetto sayang.”
“Dah peri biru sayang… Eh, hei! Ini bukan saatnya bercanda!”
Kemudian peri biru menghubungi Jimmy.
“Hei Jimmy, gimana kabar Pinokio?”
“Eh, ini biru ya? Sudah kubilang panggil nama lengkapku, Jimmy JANGKRIK! Kamu tahu JANGKRIK!? JANGKRIK! adalah sejenis serangga.”
“Hentikan menjelaskan itu! Gimana kabar Pinokio?”
“Pinokio? Kelompok berapa? Eh, oh anak itu… Dia tidak nakal.”
“Aku tidak tanya dia nakal atau tidak, dia dimana sekarang? Apa sama kamu?”
“Sama aku? Plis deh, ya enggak lah! Katanya sih aku disuruh pergi, ya udah.”
“Apa? Kamu pergi? Dasar! Aku matikan proxynya!”
“Jangan! Aku sudah hampir bisa mencuri di national museum.”
“Tuuut, tuuut…”
Sambungan terputus.

Kemudian peri biru mendengar kabar dari infotainment kalau Pinokio sedang berada di mulut ikan paus.
Hei, katanya tadi di sirkus? Kok sekarang di mulut ikan paus?
Oh iya, ini sebenarnya…
Kolusi, populis nepotisme, intensif ekstradisi, eliminasi…
Eh bukan, maksudnya… Gimana ya? Oh ya! Masih ingat dengan peraturan ketiga yang tidak sempat diberitahukan pada bagian pertama? Mari kita review bagian pertama sejenak.

Karena menunggu pengarang ingat, ceritanya jadi bersambung…
Sekali kali lah…

Begitulah yang terjadi pada bagian pertama.

Ada yang salah?

Peraturan ketiga adalah: jika Pinokio menonton sirkus, maka dia akan berada dalam mulut ikan paus.

Sudahlah. Intinya (aku tidak bilang ‘pokoknya’ disini) Pinokio sedang berada dalam mulut ikan paus dan itu berbahaya! Pernah kesana nggak?!
Peri biru memberitahukan hal ini pada Gepetto.
“APA?! Pinokio!! Tidaaaakkkk!!!!”
“Sudahlah, kamu jangan bersedih dulu. Kita harus selamatkan Pinokio!”
“Peri biru, kamu sangat perhatian sama Pinokio, sebenarnya ada apa?”
“Sebenarnya… Gepetto… Aku sudah lama merahasiakan hal ini…”
“Peri biru?”
“Sebenarnya… Pinokio itu…”
“Pinokio adalah anakmu?”
“… Benar…”
Keadaan menjadi hening…

“HEI, YA NGGAK LAH!!!! Sudahlah, ayo kita selamatkan Pinokio!”
“Eh, ayo!!”

Blue Fairie and Gepetto To The Rescue!
Mereka berdua mengendarai salah satu dari mereka, maksudnya peri biru, menuju Samudra Hindia menyelamatkan Pinokio.
Bukannya Eropa sama Samudra Hindia jauh? Kok Pinokio bisa sampai sana?
Itu sekarang tidak penting. Yang penting Pinokio diselamatkan dulu.

Tidak lama kemudian, mereka sampai ke ikan paus tersebut. Cepat sekali ya?
“Itu dia ikan pausnya!”
“Ayo kita masuk ke dalam mulutnya!”
Tiba-tiba mulut ikan paus tersebut terbuka.
Apakah mereka berhasil menyelamatkan Pinokio?
Apakah ikan paus tersebut akan mengurung mereka bersama Pinokio?
Apakah ikan paus tersebut ganas?
Apakah ini tanda cerita ini akan bersambung lagi?

Tidak! Kalau cerita ini bersambung, lanjutannya bakalan nggak muncul.

Tiba-tiba mulut ikan paus tersebut mengeluarkan sesuatu.
“Apa itu?!”
“Itu… Itu…”
Tiba-tiba banyak orang yang keluar dari mulut ikan paus tersebut. Ya, sirkus telah selesai. Ternyata sirkus tersebut diadakan di mulut ikan paus.
Pinokio pun keluar dengan selamat. Dia bertemu dengan Gepetto dan peri biru.
“Ayah! Peri biru! Kenapa kalian disini? Kalian melihat sirkus juga? Sirkusnya bagus sekali!”
“Pinokio! Kalau kamu ingin menonton sirkus kenapa tidak bilang kami?”
“Iya, kami sangat khawatir…”
“Maafkan aku ayah. Aku berjanji ini untuk yang terakhir kalinya.”
“Sudahlah, yang penting kamu selamat. Kapan-kapan kalau ada sirkus lagi atau pertunjukan lainnya kita nonton bertiga.”
“Wow, terima kasih ayah!”
“Bertiga? Maksudmu denganku?”
“Ya peri biru, aku baru sadar… Ternyata kamu sangat baik. Maukah kamu menjadi pasangan hidupku?”
“Gepetto… Tunggu dulu! Bukannya kamu sudah kakek kakek?”
“Apa? Nggak! Pada bagian pertama tidak dijelaskan hal tersebut!”
“Benarkah? Mari kita lihat pada bagian pertama.”

Karena menunggu pengarang ingat, ceritanya jadi bersambung…
Sekali kali lah…


Sudahlah, hentikan.